Halo semua, lama ga muncul nih aku menyapa kalian semua. Belakangan ini mempersiapkan puisi untuk 2 lomba karya tulis, semoga puisinya ...

Tentang Puisi Pesan Dalam Cinta Kita



Halo semua, lama ga muncul nih aku menyapa kalian semua. Belakangan ini mempersiapkan puisi untuk 2 lomba karya tulis, semoga puisinya bisa di muat dalam buku jadi makin  banyak yang mampir di blogku jadi makin banyak kenalan. Nanti puisi yang ku ikut sertakan dalam lomba akan di post juga kok di blog ini, sekarang belum bisa soalnya ada syarat puisi belum pernah di publikasikan.

Sekarang aku akan membahas puisiku yang berjudul Pesan Dalam Cinta Kita. Sebuah puisi yang terinspirasi dari pengalamanku di kelas 1 SMA atau anak sekarang menyebutnya kelas X . Waktu sedang asik bermain game di komputer ada panggilan masuk ke hape ku dari nomor yang ga dikenal. Berhubung aku ga terlalu suka di ganggu saat lagi bermain game maka panggilan masuk nya ga aku angkat, toh paling juga bosan tuh orang panggilannya ga di angkat. Ternyata ampe panggilan masuk ke-11 sang penelepon yang disana tidak juga mau menyerah, kuping gedek dengar hape getar-getar dan bermain game pun terganggu yaudah terpaksa panggilannya aku angkat.

Pembicaraannya begini :

A : Aku P: Penelepon
A : Siapa ini?
P: Oh diangkat juga rupanya. Ini aku * kak, kenal kan?
A: * siapa ?
P: * loh, yang sama sama kakak di #
A: Oh, kenapa? Kok nelpon?
P: Ga ada, mau ngobrol aja sama kakak, gapapa kan?
A: Yaudah lewat SMS aja yah, lagi main game soalnya. (Panggilan kumatikan)

Oke singkat ceritanya, si * ini mengajak kenalan niat pedekatean. Lucunya tiap hendak berpapasan dianya malah lari kearah lain. Dan tibalah suatu saat dia menyatakan perasaan, saat itu aku tolak dengan alasan umur yang terpaut jauh antara kami ( dia saat itu masih kelas 6 SD, dan memang aku ga ada perasaan sama sekali). Kedepannya dia masih ngotot tentang perasaannya dengan memberikan alasan pembenaran, awalnya kutanggapi sih masih, tapi belakangan dia masih tetap ngotot walau udah diberi penjelasan, sms dan panggilan masuknya ga kutanggapi lagi.

Nah puisi ku ini membahas tentang sebuah arti cinta antara aku yang sudah dewasa dan kamu yang masih remaja. Kisah ini layaknya sebuah hubungan sepasang kekasih yang saling mencintai yang memiliki alur masing-masing. Pada baris pertama adalah awal mulainya hubungan asmara mereka dimana adanya interaksi aku dan kamu yang kemudian tumbuh menjadi cinta. Cerita berlanjut dengan keduanya saling mencintai, namun aku yang lebih dewasa memikirkan segala konsekuensi yang akan ditanggungnya denga perasaan cinta yang dimilikinya, namun kamu tidak peduli akan segala konsekuensi yang ada, yang ia tau ia mencintai aku dengan tulus dan terus menanyakan bagaimana kelanjutannya kisah mereka. Baris selanjutnya menceritakan dampak dari kegelisahan yang terjadi pada aku, kamu yang terus bertanya hanya bisa menangis akan kisah cinta yang terjadi padanya, sebuah cinta yang seharusnya sama terjadi pada pasangan-pasangan lainnya namun menjadi begitu rumit dengan kontrol masyarakat dimana suatu hubungan antara orang dewasa dan remaja adalah tabu. Melihat kekasih yang dicintai terus menangis tumbuh penyesalan dalam diri aku, dengan segala keyakinan ia pun tidak peduli dengan segala kegelisahannya sebab ia benar tulus mencintai kamu.

Hubungan mereka pun berjalan layaknya hubungan kekasih lainnya dimana peluk menjadi simbol kelembutan seorang wanita dan lindung menjadi simbol rasa perasaan aman dari seorang pria. Rindu menjadi bumbu percintaan dan doa menjadi pengiring langkah setiap hubungan mereka. Konsekuensi sebenarnya ada hanyalah ketika kamu bertambah usia, maka aku pun menjadi semakin tua.

Puisi ini dibuat sederhana untuk menjelaskan bahwa setiap hubungan asmara adalah sederhana antara dua orang yang saling mencintai dengan tulus. Orang-orang disekitar lah yang membuat masalah-masalah yang timbul.

Tapi chard, hubungan antara seorang dewasa dengan remaja kan itu pedofilia?

Phedopilia itu kelainan pemenuhan kepada anak-anak, jika begitu mudahnya mengklasifikasikan cinta aku dan kamu sebagai pedofilia, maka sama artinya kita mengklasifikasikan cinta adalah hanya untuk pemenuhan hasrat seksual. Semesum itukah otak kita ?

Trus chard, kan ada hukum yang mengatur?

Hukum hanya mengatur masalah pernikahan, tidak untuk perasaan cinta seseorang, maka seharusnya begitu juga kamu. Maka konsekuensi untuk menikah, seseorang harus mengikuti batasan umur yang ada. Kalau melanggar, maka kembali ke jawaban dari perrtanyaan pertama.
(Richard Stevanus Sitio)


1 komentar:

  1. Tambahan aja sih chad.. Ga se-simpel membilangkan pemenuhan hasrat kepada anak-anak pedofilia itu..
    Tentunya ada simptom-simptom tertentu untuk menegakkan diagnosanya..
    Tapi, secara umum, pelaku "matang secara seksual" dan sasarannya adalah anak-anak yang "belum matang secara seksual"

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.