Pagi hari sedang asyik main facebook sambil menghayal bisa macarin Isyana Sarasvati, dikejutkan dengan salah satu postingan teman di beran...

Tentang Puisi Salam Salim Kancil

 Pagi hari sedang asyik main facebook sambil menghayal bisa macarin Isyana Sarasvati, dikejutkan dengan salah satu postingan teman di beranda meminta dukungan untuk mengirimkan SMS kepada Bupati dan Kapolres Lumajang  terkait terbunuhnya seorang bernama Salim Kancil dibunuh dengan keji oleh sekelompok orang karena menentang adanya penambangan pasir di Lumajang.
 
 Persoalan yang kerap terjadi di negera ini. Mereka yang peduli akan lingkungan dan menentang terjadinya kerusakan lingkungan menjadi korban orang-orang yang tamak dan menghalalkan segala cara demi uang. Terlebih cara yang dilakukan sangat keji dan dilakukan ditengah orang ramai dan disaksikan anak-anak.

 Pada bait awal puisi, menceritakan bahwa Salim Kancil adalah satu dari banyaknya kasus terhadap aktivis yang kerap kali tidak selesai dan dibiarkan mengambang di negara ini. Dimana setiap perbedaan yang ada harus diselesaikan dengan kekerasan.
 
 Bait-bait selanjutnya menceritakan bagaimana awal mulanya penyiksaaan yang dilakukan kepada Salim Kancil, namun semua penyiksaan tersebut hanya dapat melukai badan tidak untuk jiwa dan pikiran-pikiran yang selalu bebas, yang selalu menentang setiap perusakan alam yang terjadi di negara ini.
 
 Lalu bait selanjutnya menjelaskan bahwa balai desa yang selama ini dikenal tempat berkumpulnya warga-warga desa untuk ramah tamah dan penuh dengan suasana kekeluargaan, berubah menjadi tempat pembantaian. Para warga yang awalnya bersama-sama Salim Kancil menyuarakan penentangan terhadap tambang pasir kini hanya bisa diam, takut ikut terkena amukan para preman.

 Bait selanjutnya menjelaskan bagaimana siksaan demi siksaan yang dilakukan kepada Salim Kancil hingga ia terbunuh. Dan anak-anak yang melihat kejadiaan tersebut akan selalu mengingat bahwa dahulu di balai desa tersebut seorang yang peduli akan lingkungan terbunuh oleh mereka yang tamak dan tidak peduli kelak keturunan selanjutnya tidak dapat lagi melihat alam yang indah.
 
 Mereka yang mendengar bahwa Salim Kancil terbunuh dengan keji pasti akan marah dan berita ini menjadi pembicaraan yang hangat di negara ini. Pemerintah yang seringkali diminta menyelesaikan kasus HAM kecolongan dengan terjadinya kasus HAM di Lumajang. Semoga kelak tidak terjadi lagi kasus-kasus seperti ini terhadap mereka yang bersuara lantang untung membela kebenaran. (Richard Stevanus Sitio)


8 komentar:

  1. Udah bisa lah ya chad puisi salim kancil mu dan filosofinya jadi referensi anak sekolah yg nyari puisi~

    BalasHapus
  2. Makasih yah cyn udah mau baca. Tar guru-guru bikin tugas, carilah puisi dari Richard Stevanus Sitio :D

    BalasHapus
  3. Haha.. oke ditunggu puisi selanjutnya ya~

    BalasHapus
  4. Hahaha, mau bilang apa. Aparat negara mah gak bakal usut tuntas kalau udah adem ayem sama suasana kantong. Intinya, selama gratifikasi belum bisa dihapus sampai ke akar-akarnya, bos-bos yang ditunggangi kepentingan perusahaan serupa mah ogah capek-capek..

    BalasHapus
  5. Susah sih kalau mau dihapus ke akar-akarnya, mending mulai dari kita aja untuk hidup bersih tanpa KKN. Untungnya untuk kasus ini mungkin karena udah terlanjur viral, jadi segara diusut.

    BalasHapus
  6. Hai richad.
    Aku ga sangka kau hobby menulis gini. Dan menulis dengan baik pula.
    Aku juga suka nulis. Tapi baru sedikit yang diposting di blog, karna cukup sibuk dengan kegiatan kampus. Aku juga senang baca puisimu. Oiya..kalau kau ga sibuk, mampirlah ke blogku yang sederhana itu. Terima kasih.

    BalasHapus
  7. Iyah nih Farida, masih belajar dan terus belajar menulis. Hobi yang agak bedalah dengan orang lain, Iyah siapkan dulu kuliah kita, baru terjun lagi ke dunia tulis menulis ditambah kamu gambar menggambar. Makasi yah udah mampir, oke siap nanti aku juga main main ke "rumah" mu ~

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.