Berhubung bahan untuk puisi belum siap, aku mau sedikit menyampaikan pandanganku terkait masalah yang selalu menjadi cerita hangat di ten...

Apakah Sukses Secara Finansial Menjadi Jalan Masuk Menuju Kesuksesan Asmara ?

  Berhubung bahan untuk puisi belum siap, aku mau sedikit menyampaikan pandanganku terkait masalah yang selalu menjadi cerita hangat di tengah-tengah mahasiswa terutama mahasiwa berkantong robek, yakni ketika kita sukses secara finansial menjadi jalan masuk menuju kesuksesan asmara ?

 Banyak dari orang tua kita sering memberikan nasihat, “Belajar dulu kamu yang pintar, trus cari pekerjaan yang baik, kalau udah sukses jodoh itu datang sendiri.” Saya setuju untuk poin kita harus terus belajar, namun ketika kita mencari pekerjaan yang baik hingga sukses sehingga jodoh datang sendirinya, membuat saya berpikir, “Berarti nih orangtua nyuruh saya nyari jodoh yang bakal datang ketika saya mapan.” Saya pikir itu menjadi semacam jalan pintas di dunia percintaan dan pemikiran tersebut terlalu kolot karena ga sesuai lagi dengan dunia asmara sekarang ini.

 Menurut seorang Relationship Coach Lex dePraxis dijaman dahulu dimana untuk urusan asmara yang kerap kali seorang wanita dan pria dijodohkan  mungkin pola pikir kesukesan finansial tersebut dapat diterapkan karena hubungan tersebut diatur oleh keluarga yah barang tentu demi menjaga kehormatan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Jadi kamu ga perlu pusing masalah asmara karena bakal dijodohin dan orang tua juga tenang status sosialnya tetap tinggi.

 Pada jaman dahulu pula, kontrol sosial itu ketat, jadi walau banyak perselisihan dan masalah dalam rumah tangga, bakal selalu diusahakan untuk diperbaiki, makanya pernikahan-pernikahan jaman dulu itu lebih harmonis seolah karena faktor prinsip finasial tersebut, padahal sebenarnya faktor yang paling mempengaruhi itu ialah kontrol sosial karena perceraian sangat dikecam. Sebab perceraian bukanlah termasuk pilihan jalan keluar.

 Sementara untuk jaman sekarang orang-orang itu cenderung manja, susah dikit yah mending udahan saja. Sehingga ketika prinsip finansial tetap ditanamkan kepada anak akan menjadi semakin mengakar kuat dalam kehidupan tidak lagi mengenai asmara tetapi menjadi kepribadiaan, jadi setiap permasalahan itu dapat diselesaikan dengan duit. Pola hidup yang tidak mau susah dan pola pikir yang menjadikan uang sebagai jalan keluar membuat orang selalu memilih jalan praktis. Sehingga ketika terjadi permasalahan didalam rumah tangga, yang dicoba diselesaikan dengan duit, namun ketika permasalahan itu tidak juga kunjung selesai maka jalan pintas selanjutnya yang diambil yah perceraian.
                
 Kontrol sosial pun kini tidak lagi ketat sehingga finansial kini bergeser menjadi fasilitas untuk merenggangkan keharmonisan. Hal ini akan menjadi bom waktu dalam pernikahan, dimana ujung dari kisahnya perceraian, yah kalaupun tetap bertahan karena pertimbangan ini itu, maka pernikahan yang dijalani akan membuat semakin tersiksa dan kemudian akan mempengaruhi pola asuh pada anak.
                 
 Berbeda masa , berbeda pola dalam asmara maka berbeda pula langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah keretakan dalam percintaan. Meningkatkan kualitas pribadi dan belajar menjadi solusi buat kamu , banyak hal yang bisa kamu lakuin buat meningkatkan kualitas pribadi kamu, seperti membaca buku pengetahuan, menambah kemampuan yang kamu miliki, memperbaiki penampilan dan kepribadian, banyak menambah pengalaman dengan menjelajahi banyak tempat dan mencoba banyak hal, meningkatkan sifat kepedulian terhadap sekitar membuat kamu menjadi sosok yang menarik sehingga mampu memecahkan setiap permasalahan dalam hubungan yang dihadapi dan mengenyampingkan jalan pintas untuk mengakhiri suatu hubungan.
                 
 Ketika kamu sudah memiliki kualitas pribadi yang baik, maka banyak cara yang dapat kamu lakukan bersama pasangan mu untuk meningkatkan kualitas hubungan kalian. Kebahagiaan dalam hubungan asmara tidak ditentukan oleh finansial akan tetapi ditentukan oleh kualitas pribadi yang dimiliki oleh tiap pribadi pasangan tersebut. Finansial hanya mendukung cara-cara kamu dalam meningkatkan kualitas hubungan kalian, sebagai contoh kamu karena kamu memiliki banyak pengetahuan tentang tempat-tempat di suatu negara, dan ditambah kamu sebagai orang yang memiliki banyak pengalaman dan teman membuat kamu dapat memiliki rangkaian perjalanan kamu bersama pasangan menjadi momen yang tidak terlupakan dan kamu berani mencoba sesuatu yang berbeda dan menantang dan barang tentu semakin mengintimkan hubungan kamu dengan pasangan. Berbeda ketika kamu hanya mengandalkan duit, kamu tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang suatu negara sehingga kamu menyerahkan segalanya kepada travel kemana kira-kira Negara yang cocok bagi kalian, ditambah lagi kamu minus pengalaman maka secara otomatis kamu menyerahkan kepada travel rute perjalanan kalian ditambah dengan seorang guide sehingga kurangnya momen bagi kamu dengan pasangan, atau yang lebih buruknya lagi karena kamu ga punya waktu, maka kamu hanya memberikan duit kepada pasanganmu dan menyuruhnya untuk bersenang-senang, lalu ia berpergian dengan lelaki lain yang bersedia menemaninya, lalu kamu tau akan hal itu dan kamu marah kepada pasanganmu, dan menyalahkan semuanya kepada pasangan mu karena tidak setia kepadamu, sedangkan dirimu tidak pernah menciptakan momen-momen bahagia bersamanya.
                  
 Lalu bagaimana dengan pernikahan? Bukankah untuk menikah masalah finansial sangat krusial, sebab untuk menikah membutuhkan dana yang banyak? Menikah kerap menjadi momok bagi setiap pasangan karena dianggap membutuhkan dana yang besar untuk melangsungkannya, namun semua itu kembali tergantung kepada kualitas pribadi dari pribadi dalam pasangan tersebut. Tidak masalah kamu dan pasanganmu menyelenggarakan pernikahan yang megah dengan mengeluarkan dana yang besar ketika memang kalian memiliki kesanggupan finansial untuk melangsungkannya. Ketika kamu dan pasangan memiliki kemampuan finansial yang biasa saja dan kalian mengedepankan gengsi untuk membuat pernikahan yang megah maka ini akan menjadi masalah yang lebih krusial daripada masalah dana dalam pernikahan, terlebih dana untuk menikah tersebut harus mengutang.

 Menikah dilakukan ketika kedua pihak sudah merasa siap termasuk soal dana ( dalam hal ini dana yang dimaksud  ialah milik pribadi dari tiap pasangan bukan dari orangtua.) Pernikahan tentu tidak dilakukan begitu saja, perlu persiapan yang matang dan cukup lama hingga terjadinya suatu pernikahan. Pasangan yang benar-benar siap, sebelum memutuskan untuk menikah tentu melakukan komunikasi seputar pernikahan mereka termasuk berapa banyak tabungan yang masing-masing miliki, seperti apa pernikahan yang akan dilangsungkan sehingga tau berapa lagi kekurangan yang perlu dicari untuk dana pernikahan mereka. Maka dari itulah pasangan yang memiliki keuangan serta tabungan pas-pasan tidak perlu merasa gengsi untuk melangsungkan pernikahan yang sederhana, sederhana maupun mewah toh sama-sama tetap kalian mendapatkan status suami-istri. Perlu dipikirkan juga, dari dana yang kalian miliki selain untuk biaya pernikahan perlu disisihkan pula untuk biaya keperluan di awal pernikahan yang barang tentu tidak sedikit, yang menyebabkan biaya untuk pernikahan perlu dipikirkan dengan cermat.

 Lalu bagaimana ketika salah satu pasangan dari keluarga pas-pasan dari satunya lagi dari keluarga berada dan keluarga dari yang berada menginginkan pernikahan yang mewah memikirkan kolega-koleganya yang akan hadir? Sekali lagi, tepiskan pandangan-pandangan kolot seperti itu dari pikiran keluargamu atau keluarga pasanganmu. Sebab yang akan menikah adalah kalian bukan keluarga kalian, maka segala keputusan berada ditangan kalian, namun untuk menjalin silahturahmi tetap terjaga maka perlu diadakan diskusi dengan menghadirkan keluarga dari kedua belah pihak dan kalian menjelaskan bagaimana kondisi finansial yang kalian miliki dan kondisi finansial keluarga dari pihak yang pas-pasan dan dapat memberikan opsi kepada pihak keluarga yang mampu untuk menutupi kekurangan dana yang ada sehingga pernikahan mewah bisa dilakukan sesuai kehendak dari keluarga yang mampu. Namun ketika pihak keluarga yang mampu tidak bersedia, kembali seperti yang saya katakan diawal yang akan menikah adalah kalian bukan keluarga kalian maka kembali kepada rencana awal yang telah kalian perbuat.

 Setiap orang tua yang sayang kepada anaknya toh pasti akan mengijinkan anaknya untuk menikah ketika sudah ada kesiapan dan perencanaan matang yang dibuat anak dan pasangan anaknya. Karena kembali lagi bahwa finansial bukanlah penentu kebahagian hubungan asmara yang dimiliki tiap pasangan. Yah itulah pandangan dari saya terkait sukses financial menjadi jalan masuk menuju kesuksesan asmara.  (Richard Stevanus Sitio)


2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.